Sabtu, 10 Januari 2009

Banjir

Beberapa hari yang lalu, hujan deras turun. Akibatnya terjadilah banjir hampir di setiap jalan yang saja lalui. Ini adalah pertama kalinya saya membawa motor sendiri dan terjebak dalam banjir. Sepanjang perjalanan dengan penuh kekhawatiran jalan-jalan yang banjir kulalui. Semoga saja mesin motor ini tidak mogok, begitulah harapanku.

Semakin jauh berjalan, saya melihat pemandangan yang bagi saya cukup menyedihkan. Banyak sekali kendaraan yang mogok sehingga harus dituntun dan didorong oleh pemiliknya. Hujan pun tampaknya belum mau reda. Banyak juga orang-orang yang memanfaatkan moment ini untuk mendapatkan uang dengan menawarkan jasa untuk memperbaiki maupun untuk menolong.

Saya berusaha untuk mengencangkan gas dengan harapan motor saya tidak mengalami seperti apa yang saya lihat. Perjalanan dari kantor ke rumah memakan waktu sekitar setengah jam.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba mobil di depan saya berhenti, karena kaget, saya langsung melepas gas dan menekan rem kuat-kuat. Akhirnya mesin motor saya mati. Saya mencoba menghidupkannya kembali, namun tampaknya sia-sia, sementara air hujan terus memasuki mesin motor.

Mendorong motor sampai rumah hampir tidak mungkin. Perjalanan menuju rumah masih cukup jauh. satu-satunya yang terpikirkan saat itu adalah berhenti sebentar dan menelepon seseorang untuk mencari bantuan.

Saya menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari tempat yang tidak terkena banjir. Saat itu saya melihat sebuah toko yang posisinya tinggi, sekitar satu meter di atas banjir. Saya mendorong motor saya ke samping dengan sekuat tenaga, sampai saya menyadari ada orang yang membantu mendorong motor hingga ke atas.

Tanpa banyak bicara, orang tersebut langsung memiringkan motor saya, entah untuk apa saya pun tidak mengerti. Saya pikir mungkin dia mencoba untuk mengeluarkan air dari knalpot motor. Tak lama kemudian, datanglah seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun membawa peralatan ala kadarnya. Saya katakan ala kadarnya karena perlengkapan yang dia miliki hanya beberapa potong besi, dan itu tidak selengkap perlengkapan yang ada di motor saya.

Saya melihat usahanya untuk memperbaiki motor yang mogok tersebut. Dari caranya membuka dan membersihkan busi, saya tahu bahwa ia bukan seorang montir. Sembari menunggu, saya menoleh ke sekeliling. Tampaknya bukan hanya saya yang menepi ke toko itu, ada banyak motor lainnya yang juga diperbaiki di sana. Setelah mengamati sejenak, saya tahu bahwa yang memperbaiki motor-motor tersebut adalah bapak dan anak.

Dari cerita-cerita yang saya dengar dari teman-teman, biasanya memang sering ada orang yang menawarkan jasa tersebut dengan imbalan tertentu. Sekitar 15 menit kemudian, motor saya menyala lagi, namun masih mati-mati. Akhirnya sang bapak mendekati motor saya dan membesarkan gas motor tersebut. Setelah selesai, ia mengajari saya agar mesin motor tidak cepat mati.

Setelah selesai, saya menanyakan berapa imbalan yang harus saya berikan kepada mereka. Spontan mereka langsung berkata tidak usah, kami tidak menerima imbalan. Saat itulah saya merasa sangat terkejut, hampir tidak percaya. Namun mereka meyakinkan bahwa mereka hanya berniat untuk menolong. Di saat krisis global seperti ini masih ada orang yang mau membantu dengan tanpa pamrih, padahal saat itu adalah saat yang bagus untuk mendapatkan keuntungan yang banyak.

Setelah mengucapkan terimakasih saya langsung meninggalkan tempat itu. Namun kejadian itu tidak pernah akan saya lupakan. Mereka mengajarkan saya tentang kebaikan yang tulus, menolong orang lain di saat orang sedang kesusahan, walaupun mereka kehujanan dan harus turun langsung ke daerah yang banjir. Semoga Tuhan membalas kebaikan mereka....

Kamis, 07 Februari 2008

Learner (Pembelajar)

5W1H, sebuah rumus yang digunakan untuk mempelajari sesuatu, yang menunjukkan bahwa by nature kita harus belajar. Namun seringkali karena merasa sudah (sudah S1, sudah S2, sudah lama berkecimpung di bidang itu, itu sudah bidang saya) ketika orang membicarakan sesuatu kita merasa sudah tahu sehingga tidak mendengarkan namun hanya mendengar. Sebagai contoh :
- orang yang mengajar di banyak tempat belum tentu lebih baik dari orang yang hanya mengajar di 1 tempat saja
- orang yang sudah sering keliling dunia belum tentu mengetahui segala sesuatu tentang negara tersebut. Seharusnya malah merasa semakin banyak yang tidak diketahuinya
Tidak hanya ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari, bagaimana menjalani hidup yang baik juga penting untuk dipelajari. Ada orang yang sering menjatuhkan atau menjelekkan orang lain, padahal ia tidak tahu apapun tentang orang yang dihina tersebut dan ia tidak punya hak sama sekali untuk menghina orang tersebut. Belum tentu seorang penjahat tidak punya sisi baik. Mungkin kita menganggap bahwa pelacur itu sangat rendah, namun apakah kita tahu bahwa betapa keras perjuangannya untuk keluar dari lingkungan tersebut. Kita beruntung tidak terlahir dari seorang pelacur, namun bagaimana dengan mereka yang terlahir dari seorang pelacur. Bagaimana kerasnya perjuangan mereka untuk keluar dari sana. Yang kita lihat hanya profesinya saja, namun tidak melihat apa ada dalam dirinya. Belajar tidak harus dari universitas, namun belajar bisa dari mana saja, siapa saja dan kapan saja. Belajar tidak harus yang positif saja, tapi juga hal-hal negatif yang mungkin dianggap benar oleh sebagian orang. Contohnya : bagi pencuri, mengambil barang milik orang lain benar. Kebenaran itu sifatnya relatif, mungkin kita benar, tapi jangan lupa bahwa orang lain juga ada benarnya, tergantung dari sudat pandang mana kita melihatnya. Oleh sebab itu kita harus sering “memenggal kepala kita dan menggantinya dengan yang lain” sehingga kita dapat melihat dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai contoh:
- ketika orang meninggal, malah memperebutkan warisan
- ketika orang berduka malah menagih hutang
Contoh di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran bukan hanya masalah benar dan tidak benar, namun perlu diperhatikan ada yang namanya etika, simpati, dan empati. Karena hidup ini sangat luas, dan beragam. Pembelajaran yang paling tinggi dalam kehidupan adalah pembelajaran untuk rendah hati, berani meminta maaf, berterimakasih, berani menepuk tangan bagi orang lain, untuk bodoh, belajar untuk sibuk membenahi ranting-ranting dan rumput yang panjang untuk dipangkas.
Ketika melihat hal yang baik kita harus belajar untuk belajar bagaimana melakukannya, sebaliknya ketika melihat hal yang tidak baik, kita harus belajar untuk tidak belajar bagaimana melakukannya. Berikut adalah beberapa ilustrasi yang dapat kita pelajari bersama :
1.bersahabat atas dasar kebencian pada orang lain
A dan B sama-sama membenci C. Suatu ketika mereka bertemu, karena memiliki persamaan, yaitu kebencian terhadap C akhirnya keduanya merasa cocok dan menjadi sahabat. Suatu ketika mereka berdua pergi keluar kota. Ketika waktunya makan siang, si B hendak memesan makanan X, namun si A berkata : jangan, itu makanan kesukaan C. Akhirnya si B tidak jadi memesannya karena itu adalah makanan kesukaan C. Dari cerita di atas bisa kita lihat betapa menderitanya mereka, karena mereka tidak tahu bahwa persahabatannya didasari atas rasa kebencian kepada C. Bahkan sampai makanan pun mereka tidak jadi memesan hanya karena itu makanan kesukaan si C.
2.seorang istri yang ditinggalkan oleh suaminya selama 23 tahun, namun tetap bertahan dan tidak pernah sekalipun menjelekkan suaminya di depan anak-anaknya walaupun dirinya sangat menderita. Akhirnya ketika suaminya kembali kepadanya, anak-anaknya bisa menerima dan berbahagia atas kedatangan ayahnya.
3.seorang istri yang mengalami hal yang sama dengan no.2 namun menanamkan kebencian pada anaknya, dan orang seperti ini malah setiap hari ke tempat ibadah. Ke tempat ibadah setiap hari tidak menjadikan orang lebih suci dari orang lain, jadi apalah artinya setiap hari berdoa jika tidak diikuti dengan perbuatan yang baik.
4.kisah Romo Mangun Wijaya yang membangun persahabatan yang sangat indah dengan seorang muslim. Kisah ini membuktikan bahwa persahabatan hendaknya tanpa membeda-bedakan dan dalam belajar kita harus bergaul dengan siapa saja, dengan demikian kita akan menemukan hal lain yang belum pernah kita jumpai sebelumnya.
5.orang yang mendapatkan peringkat pertama namun tidak pernah mau membagi ilmunya dengan teman-temannya yang lain. Dibandingkan peringkat, yang lebih penting adalah sikap ketika diejek membalas atau tidak, apakah berbuat sesuatu untuk membantu teman-teman yang tidak bisa.
6.sibuk dengan dirinya masing-masing sampai lupa pada teman-temannya yang tidak dapat bersekolah karena tidak punya biaya. Seringkali kesibukan dijadikan sebagai alasan untuk tidak peduli pada sesama. Padahal orang yang sangat sibuk pun mampu berbuat sesuatu untuk orang lain. Sebagai contoh : di keluarga konimex sejak awal ditekankan jika kamu sejak kelas 1 SD tidak punya sahabat di antara temanmu yang miskin dan menderita kamu bukan keluarga konimex.
7.orang yang mampu memberi dari kekurangannya. Sering kali orang baru akan memberi jika sudah kaya dsb, padahal apalah hebatnya jika memberi dari kelebihan, memberilah dari kekurangan baru dapat dikatakan sebagai suatu hal yang besar.
8.kisah tukang becak yang berhasil menyekolahkan anaknya ke luar negri namun masih tetap rendah hati dan berkata belum apa-apa
Demikianlah beberapa ilustrasi yang seharusnya kita renungi bersama. Ilustrasi no.2,4,7,8 adalah ilustrasi yang patut kita contoh. Ternyata di sekitar kita banyak kyai, banyak pastur, banyak gereja yang bahkan tidak pernah kita sadari, dan orang-orang seperti itu mungkin bukan orang-orang yang kita jumpai di tempat ibadah. Gereja, Masjid seharusnya bukanlah sebuah bangunan, namun ada dimana-mana pada diri orang-orang yang mampu memberikan pencerahan kepada kita. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran ialah dalam belajar jangan dibatasi, tidak hanya masalah waktu, namun juga hal lainnya, seperti
- apa sukumu, apa sukuku
- apa agamamu, apa agamaku
- kamu laki-laki, aku perempuan
- kamu SD, aku S1
Belajarlah dari segala hal.